Ceritaku

Prolog

"HOI...!!!" teriak Kais menyentakkan lamunanku. 
"Arghh ... kenapa sih Is?!?!" jawabku setengah membentak.
"Nggak apa-apa, cuma iseng. Lagian kamu bengong terus, bosen nih," suaranya yang agak serak menambah kebisingan suasana istirahat.
"Iya nih, kamu bengong mulu...," imbuh Ahsa yang disambut dengan anggukan Runna dan Mita.
"Kenapa? Ada masalah?" tanya Runna.
"Hhhh ... Nggak kok," jawabku agak kesal. Dalam pikiranku, aku merasa mereka entah kenapa terlalu kepo. Tanpa pikir panjang, sejurus kemudian, akupun mengambil secarik kertas dan menuliskan kalimat di sana lalu, kutempelkan dijidatku.


"DO.. NOT..DIS..TURB ... LA..GI ME..DI..TA..SI.." baca mereka.
"Jiah ... meditasi," ujar Mita, "Eh... ya udah lanjutkan meditasinya ..." lanjut Mita gugup karena melihat aku mulai memicingkan mata.

GUBRAK ...!!! 

Aku tersentak. Saat aku mulai membuka mataku, semua orang sedang melihat ke arahku dengan tatapan aneh, dan yang lebih anehnya lagi, seingatku, tadi aku sedang meditasi. Lalu, entah bagaimana ceritanya, aku terdampar di tempat yang kukenal mirip kayak de javu pas ngeliat. Tiba-tiba, ketika aku lagi mengumpulkan nyawa sambil mengingat-ingat apa yang terjadi, ada dua orang yang tak kukenal mendekat.

"Eh, dek. Ngapain lo! Tidur pas materi. Ayo, bangun!" teriak seorang dari mereka yang berbadan agak gendut, namanya Lisya. Aku melihatnya tertulis pada nametag yang berada di sebelah kiri dadanya.

"Eh ... oh ... eeeh ... kok," ujarku gelagapan.
"eh oh eh oh, ayo bangun! Dasar, enak-enakan aja, tidur. Bangun cepet!" ujar seorang lainnya. Arghh, siapa mereka.
"Kamu siapa ya?" tanyaku.
"Kamu-kamu aja, liat dong. kamu punya mata kan? Liat seragam kita! OSIS man ... BN ... pake pura-pura nggak tau lagi,. Pokoknya kalo kamu tidur lagi, bakal saya hukum kamu." ujar mereka sambil berlalu.
"Eh ... nghh ..." sambil meregangkan badan aku perhatikan keadaan sekitar. Kenapa semua kumpul disini, kenapa ada orang nerangin sesuatu di depan, terus kenapa aku pakai nametag? Ketika sedang asyik menerka-nerka tiba-tiba ...
"Lain kali jangan tidur pas lagi materi ya," ujar orang di depanku.
"Mmm ... siapa ya dan bisa tolong jelasin gak kita lagi di mana dan ngapain?" tanyaku.
"Bukannya kita udah kenalan ya? Ya udah kalau lupa. Namaku Runna, namamu Abe kan? Dan kita lagi di hall masjid dan lagi MOS. Masa lupa, pasti pengaruh tidur tuh," jawab anak bernama Runna itu.
"Oh... makasih ya Runna, sarannya. Eh ... ngomong-ngomong. Kita kapan istirahatnya ya? Udah laper nih," tanyaku.
"Jelas laper, kitakan lagi puasa," jawab Runna.
"Eh, emang iya ya?" tanyaku.
"Iyalah, aduh kayaknya kamu gak boleh tidur pas materi. Biar nggak amnesia. udah ah, nanti dimarahin BN lagi loh," jawab Runna sambil menyudahi pembicaraan.
Hm ... aku jadi bingung. Tapi ya sudahlah. Akhirnya materipun selesai dan hari itu pun selesai. ketika sudah selesai aku bingung harus apa? Aku agak merasa aneh. Tiba-tiba ...
Tin .. tin ..
Sebuah mobil mengklaksonku dan membuat nyaris menjatuhkan seluruh barang yang ada di tanganku. Akhirnya, kaca mobil terbuka. Dari dalam, seorang pria berteriak memanggilku ..
"Mbak Abe .. Kok nggak, nelpon bapak? Ayo. Pulang, ngapain bengong disitu! Masuk cepet," teriak pria itu. Dalam hati, aku agak curiga. Dia beneran Bapakku nggak sih? Setahuku Bapakku nggak kayak dia. Masuk nggak nih? Kan dilarang ikut orang nggak dikenal. Tapi ya udah ikut aja deh daripada bingung.
"Arghh ... Panas banget," ujarku sambil melenggang masuk ke dalam mobil.
"Iya nih mbak. Tumben yaa," sahut pria yang tak ku kenal itu.
"Pak, bapak siapa ya?" tanyaku.
"Loh, neng. Inikan supir eneng. Pak Romo. Heh .. eneng kok jadi pikun ya?" jawab pria yang mengaku supirku dan bernama Pak Romo.
"Eh, masa ...?" aku jadi keheranan sendiri. Heran apakah aku memang pikun dan heran apakah pria yang mengaku Pak Romo itu memang supirku. Tapi, dalam hati aku berkata 'Uh .. ternyata bukan Bapakku toh. Lega aku,' diucapkan dalam hati dengan rasa syukur. Ah .. sudah banyak heran yang ada di kepalaku hari ini. Lebih baik, aku beristirahat. Akhirnya selama di perjalanan pulang aku tertidur pulas sembari melupakan kejadian yang telah menimpaku seharian ini.
Ciiiit ...
Mobil yang kutumpangi mengerem mendadak membuat kepalaku terbentur dengan kursi di depanku.
"Engh ..." aku mengerang kesakitan sambil menggeliat dan menguap.
"Abe .. bangun. Udah sampe," ujar Pak Romo.
"Eh, sampe di mana ya Pak?" tanyaku.
"Ya sampe di rumah lah. Di mana lagi?" jawab Pak Romo.
"Oh, di rumah." Ujarku sambil membereskan barang dan beranjak keluar dari mobil.

Setelah menutup pintu mobil, aku melihat telah berdiri di depanku sebuah rumah. Aku berdiri mematung di depan rumah itu selama beberapa saat sampai ada suara gonggongan dari jauh. Ketika aku mencari arah suara tak disangka ternyata ada seekor anjing sedang berlari ke arahku. Tanpa basa-basi lagi, aku masuk ke rumah yang tadi kuperhatikan. Setelah masuk kukunci pagarnya dan duduk di kursi yang tersedia. Sepertinya ruangan yang kumasuki masih di beranda. Setelah menenangkan diri, aku merasa ada sedikit de javu yang mengusik. Antara de javu atau memang pernah ke sana. Ternyata setelah kuingat-ingat itu adalah rumah nenekku, rumahku ada di belakang rumah nenekku. 

No comments:

Post a Comment